Sabtu, 03 Maret 2012

Sebuah pohon – apapun jenisnya – selalu bersentuhan dengan dua macam perkembangan. Yang pertama adalah perkembangan ke atas. Dan yang kedua perkembangan ke bawah. Yang pertama berkaitan dengan aktivitas batang, daun, dan buah. Dan yang kedua berkaitan dengan aktivitas akar. Dengan proses pertumbuhan semacam ini, pohon tidak pernah melihat waktu sebagai bagian yang mengancam hidupnya. Sebaliknya pohon selalu melihat waktu sebagai sahabat dan cermin pertumbuhan dirinya. Semakin lama waktunya, sebuah pohon akan semakin memiliki akar yang dalam dan kuat. Begitu juga semakin lama waktunya, sebuah pohon akan semakin memiliki batang yang kokoh, daun yang lebat, dan – mungkin – buah yang banyak. Dalam arti inilah sebuah pohon akan selalu berdamai dengan waktu. Sebuah pohon akan selalu melihat waktu sebagai cermin pertumbuhan dirinya.
Proses pertumbuhan pohon ini secara analogis pada dasarnya dapat disejajarkan dengan pertumbuhan manusia. Hidup manusia pada umumnya dibedakan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi personal, dimensi sosial dan dimensi spiritual. Tiga dimensi ini sekaligus menunjukkan arah dan tujuan perkembangan hidup manusia. Dimensi personal dan dimensi sosial merujuk pada perkembangan manusia secara horisontal. Sedangkan dimensi spiritual merujuk pada perkembangan manusia secara vertikal.
Manusia – dalam proses pemekaran horison horisontal dan vertikalnya – selalu mengandaikan waktu. Waktu, selain dilihat sebagai ruang perkembangan manusia, juga seringkali dilihat sebagai cermin perkembangan hidup manusia.
Bikamana kita dikatakan tidak tumbuh? Kita dikatakan tidak tumbuh tatkala secara terus menerus terkungkung dalam kesempitan cinta diri; tatkala “mandeg” dengan urusan-urusan diri sendiri; tatkala tidak punya hati terhadap sesama; tatkala buta atau menutup mata terhadap peran dan campur tangan Tuhan dalam keseluruhan hidup kita.